Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala.
Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami, kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya. Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya; dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah. (Mazmur 78:1-8)
Berbagi cerita adalah suatu bentuk komunikasi manusia yang paling mendasar, yang membedakan manusia dengan makhuk hidup lainnya. Apa itu cerita? Cerita adalah serangkaian peristiwa yang memiliki alur – awal, tengah dan akhir. Bercerita adalah cara kita menghubungkan peristiwa tersebut dan menyajikannya dalam sebuah alur yang memiliki hubungan sebab akibat, contohnya: peristiwa A mengakibatkan kejadian B, mengakibatkan keputusan C dst. Seperti kegiatan anak-anak menghubungkan titik dan menghasilkan gambar, bercerita juga menghubungkan beberapa bagian menjadi sebuah gambar besar yang dapat dimengerti dan dinikmati orang.
Manusia memiliki kebutuhan yang besar untuk berbagi cerita. Mengapa? Karena kita adalah makhluk sosial, yang membutuhkan hubungan dengan sesama. Hubungan yang baik membutuhkan pengenalan dan pemahaman satu sama lain. Bercerita menjadi alat komunikasi yang kuat untuk menghubungkan satu sama lain, karena bercerita memiliki kelebihan dibanding metode komunikasi yang lain. Kekuatan cerita adalah kemampuannya untuk menyajikan lebih dari sekedar informasi. Cerita yang baik memunculkan emosi, yang dapat menarik minat pendengarnya, ketika cerita itu diperdengarkan. Pendengar diajak masuk dalam cerita itu yang memunculkan empati. Cerita yang baik juga akan menampilkan nilai-nilai inti dan budaya, yang dibagikan tanpa pendengar merasa digurui atau diceramahi, namun justru lebih mudah untuk diingat dalam jangka panjang.
Cerita juga memiliki kemampuan untuk menghubungkan orang. Lewat emosi dan perenungan yang dimunculkan, pendengar diajak untuk menghubungkan cerita, diri sendiri dan kehidupannya yang lebih luas. Lewat interaksi yang terjadi saat berbagi cerita, terjalin hubungan antara pencerita dan pendengar, bahkan juga antara sesama pendengar. Kita bisa membayangkan interaksi yang terjadi saat pegelaran wayang ataupun ketoprak, yang bisa mengeratkan sebuah komunitas yang menikmati sebuah cerita yang sama.
Tidaklah heran, dengan kelebihan seperti ini berbagi cerita telah menjadi sebuah alat komunikasi yang powerful untuk mengikat bahkan menggerakkan komunitas, bahkan melintasi budaya dan generasi. Selama bergenerasi-bergenerasi manusia berkumpul dengan sesamanya untuk berbagi cerita, dengan kawan, keluarga dan suku. Sebelum teknologi muncul yang menjadi hiburan orang banyak adalah berbicara satu sama lain, mungkin dalam kumpulan jemaah seperti cerita di Alkitab, atau mungkin disekeliling api unggun, bagi orang-orang Indian, atau ketika para wanita mencuci bersama di sungai. Ketika orang berkumpul, cerita dibagikan – itulah cara kita berhubungan dengan sesama selama beribu-ribu tahun.
Mazmur ini dimulai dengan panggilan untuk mendengarkan apa yang hendak dikumandangkan oleh pemazmur. Yang hendak dibagikan adalah ucapan berupa amsal dan teka teki, yang merupakan warisan dari jaman dahulu. Cerita ini telah diturunkan dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya, dan adalah kewajiban pemazmur untuk membagikannya kembali kepada generasi di bawahnya. Dan yang terutama hendak dibagikan adalah puji-pujian kepada Tuhan, yang bekerja dalam kekuatan dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib.
Inilah yang menjadi misi dari pemazmur. Ia telah mendapatkan warisan berupa tradisi tentang peraturan-peraturan yang datang dari Allah sendiri. Peraturan Allah ini adalah jalan menuju kehidupan yang sejahtera, karena peraturan ini diberikan oleh Pencipta Alam Semesta, yang menyatakan bagaimana supaya hidup sesuai dengan desain dan rancangan Allah sendiri. Bagian kita sebagai manusia adalah menaruh kepercayaan pada Allah, mengingat dan merayakan pengalaman dengan Allah, memegang perintahnya dan memiliki hati yang tetap dan setia kepada Allah. Dan bagaimana hal itu bisa tercapai? Dengan cara membagikan peraturan dan kesaksian tentang Allah lewat cerita, seperti yang kemudian dilakukan oleh pemazmur dalam ayat-ayat selanjutnya.
Allah yang merancang manusia memahami betapa kuatnya pengaruh bercerita, dan memerintahkan kita untuk melakukannya agar peraturan dan kesaksian tentang Allah dapat dibagikan kepada kalangan yang lebih luas, lintas budaya dan lintas generasi. Ini adalah panggilan bagi kita manusia untuk belajar bercerita, dan menjadikannya sebagai alat untuk mengkomunikasikan tentang kesetiaan dan kebaikan Allah. Ketika cerita itu merupakan cerita yang memiliki tema yang baik, kita bisa belajar untuk meneladani apa yang terjadi dalam cerita tersebut. Sebaliknya jika cerita itu bernada tidak baik, karena berisi kegagalan dan kelemahan, kita juga tetap bisa belajar untuk tidak melakukan apa yang terjadi dalam cerita tersebut. Kita belajar lewat cerita, dan mengajarkan lewat cerita juga.
Hidup sebagai sebuah cerita
Jika cerita adalah serangkaian peristiwa yang terjadi dan memiliki sifat sebab akibat, maka kita bisa melihat kehidupan kita pun sebagai sebuah cerita. Bagi orang percaya, hidup kita adalah sebuah cerita yang sedang dituliskan bersama Allah. Allah adalah Pengarang Cerita Agung yang berisi rencana-Nya bagi alam ciptaan. Ketika ia menciptakan manusia, dalam anugerah-Nya Allah mengajak kita untuk berpartisipasi dalam bagaimana Cerita Agung itu dituliskan. Tentu saja karena Allah begitu berkuasa, Ia bisa memastikan bagaimana Cerita Agung ini akan berakhir, dan pastilah baik bagi ciptaan-Nya, termasuk manusia. Namun bagaimana fragmen-fragmen itu terungkap, kita baru bisa melihatnya ketika membaca Alkitab sebagai His Story (Kisah-Nya). Dan bagaimana peran kita dalam Cerita Agung itu pun sering menjadi misteri bagi kita yang melewatinya.
Jika hidup kita adalah sebuah cerita, bagian dari Cerita Agung Allah, adalah pilihan kita bagaimana cerita itu akan ditulis dan dibagikan kepada orang lain. Orang percaya mendapat jaminan akhir cerita seperti apa yang akan dialami, namun bagaimana pertengahan cerita itu akan diisi, adalah pilihan yang akan kita ambil tiap-tiap hari. Akan cerita hidup kita menggambarkan Allah yang perkasa dan kuat seperti yang diceritakan pemazmur? Ataukah akan menjadi teladan buruk yang harus dijauhi bagi generasi selanjutnya? Selama kita masih hidup, masih ada pilihan mengisi cerita itu. Dan karena cerita ini masih berlanjut, sebagus atau seburuk apapun kondisi cerita hidup kita saat ini, masih ada peluang untuk mengisinya dengan lebih baik lagi.
Mazmur 78 adalah panggilan bagi kita untuk menjadi pencerita akan kehebatan kuasa dan kasih Allah bagi orang lain. Kita bisa menggunakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu sebagai bahan cerita, atau kita juga bisa memperlihatkannya dengan kehidupan kita saat ini. Apapun cerita yang kita ambil, harapannya adalah membawa orang untuk memuliakan Allah, Sang Pencerita Agung.
Jadilah dan Bagikanlah cerita yang baik!